Friday, 25 September 2015

Lebih Dekat dengan Teh Hijau (Camellia sinensis)

Pernahkah anda melihat tradisi minum teh di beberapa negara di dunia? Jika belum pernah, cobalah melihat melalui youtube maupun media lainnya mengenai beberapa tradisi minum teh di negara Rusia , Belanda, Jepang, Irak, Tibet, Tiongkok, atau bahkan di negara kita sendiri Indonesia. Setiap negara memiliki penamaan khusus untuk tradisi tersebut, misalnya di Jepang disebut cha no yu, di Cina disebut chayi, dan di Indonesia juga terdapat tradisi minum teh, seperti teh poci, teh nasgitel, dan teh telur (Kompas 2014).
Teh Hijau
Teh yang digunakan untuk tradisi dan upacara tersebut beraneka ragam jenisnya. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak dan karbohidrat mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Rasa sepat menunjukkan kandungan tanin pada teh. Tanin merupakan salah satu senyawa fitokimia yang bermanfaat sebagai antioksidan dan penurunan profil lipid (lemak) (Wungkana et. al 2013). Potensi antioksidan teh lebih kuat dibandingkan dengan antioksidan yang terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran.Teh hitam banyak dikonsumsi oleh penduduk Eropa, teh oolong banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina dan Taiwan, sedangkan teh hijau banyak dikonsumsi oleh penduduk Asia, termasuk Indonesia (Wardiyah et al. 2013).
Teh hijau berasal dari pucuk daun teh yang langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal (tanpa fermentasi), proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan uap atau Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan dapat dibentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (gun powder). Ranting atau daun teh yang dipetik dalam pengolahan adalah ranting peko dan ranting burung. Ranting peko merupakan ranting yang masih kuncup dan akan menghasilkan teh hijau dengan kualitas lebih baik daripada ranting burung yang tidak memiliki kuncup dan telah terpotong bagian kuncup.
Bagian daun teh yang dibuat untuk teh hijau
Teh hijau memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan tubuh. Teh hijau dapat mencegah serangan influenza. Bahkan minuman dari pucuk daun Camelia sinensis ini dapat memperkuat gigi, melawan bakteri dalam mulut, mencegah terbentuknya plak gigi, serta mencegah osteoporosis. Dalam saluran pencernaan, teh juga membantu melawan keracunan makanan dan penyakit seperti kolera, tipus dan desentri. Seduhan daun teh hijau dapat menurunkan kadar kolesterol, glukosa darah, mengurangi kerusakan hati dan mengurangi pertumbuhan jaringan kanker kelenjar mamae (Sundari et al. 2009). Selain kafein, katekin, dan antioksidan, teh hijau memiliki kandungan gizi berupa vitamin A, Vitamin B1, vitamin C, kalsium, dan fospor.
Meskipun teh diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tetapi teh juha diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi pada waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam jeda satu jam setelah makan. Penghambatan penyerapan ini karena salah satu jenis polifenol yang terkandung di dalam teh tersebut, yaitu tanin. Kebiasaan inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia defisiensi besi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wardiyah et al. (2013), teh hitam mampu menurunkan penyarapan besi lebih besar (± 70%) dibanding dengan teh hijau. Waktu yang tepat untuk minum teh adalah tidak diiringi dengan mengkonsumsi makanan lain yang merupakan sumber besi, baik dari hewani (heme) atau nabati (nonheme).

No comments:

Post a Comment