Pernahkah anda melihat tradisi minum teh
di beberapa negara di dunia? Jika belum pernah, cobalah melihat melalui youtube maupun media lainnya mengenai
beberapa tradisi minum teh di negara Rusia , Belanda, Jepang, Irak, Tibet,
Tiongkok, atau bahkan di negara kita sendiri Indonesia. Setiap negara memiliki
penamaan khusus untuk tradisi tersebut, misalnya di Jepang disebut cha no yu, di Cina disebut chayi, dan di Indonesia juga terdapat
tradisi minum teh, seperti teh poci, teh nasgitel, dan teh telur (Kompas 2014).
|
Teh Hijau |
Teh yang digunakan untuk tradisi dan upacara
tersebut beraneka ragam jenisnya. Teh yang berasal dari tanaman teh dibagi
menjadi 4 kelompok, yaitu teh hitam, teh oolong, teh hijau, dan teh putih. Teh
merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar lemak dan
karbohidrat mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa sedikit pahit yang
merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Rasa sepat menunjukkan kandungan
tanin pada teh. Tanin merupakan salah satu senyawa fitokimia yang bermanfaat
sebagai antioksidan dan penurunan profil lipid (lemak) (Wungkana et. al 2013). Potensi antioksidan teh
lebih kuat dibandingkan dengan antioksidan yang terdapat pada buah-buahan dan
sayur-sayuran.Teh hitam banyak dikonsumsi oleh penduduk Eropa, teh oolong
banyak dikonsumsi oleh penduduk Cina dan Taiwan, sedangkan teh hijau banyak
dikonsumsi oleh penduduk Asia, termasuk Indonesia (Wardiyah et al. 2013).
Teh hijau berasal dari pucuk daun teh
yang langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam
jumlah minimal (tanpa fermentasi), proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan
(cara tradisional Jepang dengan uap atau Tiongkok dengan menggongseng di atas
wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan dapat dibentuk lembaran daun teh atau
digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (gun powder). Ranting atau daun teh yang dipetik dalam pengolahan
adalah ranting peko dan ranting burung. Ranting peko merupakan ranting yang
masih kuncup dan akan menghasilkan teh hijau dengan kualitas lebih baik
daripada ranting burung yang tidak memiliki kuncup dan telah terpotong bagian
kuncup.
|
Bagian daun teh yang dibuat untuk teh hijau |
Teh hijau memiliki banyak
sekali manfaat untuk kesehatan tubuh. Teh hijau dapat mencegah serangan influenza.
Bahkan minuman dari pucuk daun Camelia
sinensis ini dapat memperkuat gigi, melawan bakteri dalam mulut, mencegah terbentuknya
plak gigi, serta mencegah osteoporosis. Dalam saluran pencernaan, teh juga
membantu melawan keracunan makanan dan penyakit seperti kolera, tipus dan
desentri. Seduhan daun teh hijau dapat menurunkan kadar kolesterol, glukosa darah,
mengurangi kerusakan hati dan mengurangi pertumbuhan jaringan kanker kelenjar mamae
(Sundari et al. 2009). Selain kafein,
katekin, dan antioksidan, teh hijau memiliki kandungan gizi berupa vitamin A,
Vitamin B1, vitamin C, kalsium, dan fospor.
Meskipun teh diketahui memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, tetapi teh juha diketahui dapat menghambat penyerapan zat besi jika dikonsumsi pada waktu yang salah, seperti pada saat makan atau dalam jeda satu jam setelah makan. Penghambatan penyerapan ini karena salah satu jenis polifenol yang terkandung di dalam teh tersebut, yaitu tanin. Kebiasaan inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya anemia defisiensi besi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wardiyah et al. (2013),
teh hitam mampu menurunkan penyarapan besi lebih besar (± 70%) dibanding dengan
teh hijau. Waktu yang tepat untuk minum teh adalah tidak diiringi dengan
mengkonsumsi makanan lain yang merupakan sumber besi, baik dari hewani (heme)
atau nabati (nonheme).